Presiden Prabowo memberikan penghargaan Lifetime Achievement Award kepada tiga tokoh Kristen, yaitu Bapak TB Silalahi, Ibu Aleta dan Sr. Laurentina.
![]() |
Penghargaan Lifetime Achievement Award 2024. |
SIANAKAREN.COM -- Pada Perayaan Natal Nasional 2024, Presiden Prabowo Subianto memberikan anugerah penghargaan Lifetime Achievement Award kepada tiga tokoh Kristen, yaitu alm. Bapak TB Silalahi, Ibu Aleta Kornelia Baun, dan Suster Laurentina, SDP atas dedikasi mereka pada isu kemanusiaan, kebangsaan dan lingkungan hidup.
Mama Aleta dan Sr. Laurentina, SDP adalah dua srikandi kemanusiaan dari NTT yang terkenal gigih memperjuangkan nasib kaum lemah dan terpinggirkan.
Sedangkan TB Silalahi adalah pencetus lahirnya perayaan Natal Nasional di tanah ari yang dimulai pada tahun 1993 dan berlangsung sampai dengan saat ini.
![]() |
Mama Aleta melakukan sosialisasi kepada masyarakat adat. |
Mama Aleta dan Sr. Laurentina SDP hadir secara langsung menerima penghargaan dari Presiden Prabowo pada momen Natal Nasional di GBK, Senayan, Sabtu (28/12) malam.
Sementara itu, alm. TB Silalahi diwakili oleh putranya, Lutfi Krida Silalahi. Kepada ketiga tokoh, diberikan penghargaan berupa plakat, sertifikat dan uang tunai sebesar Rp100 juta.
2 Srikandi "Kemanusiaan" NTT
Suster Laurentina, SDP, dikenal sebagai "Suster Kargo," adalah seorang biarawati Katolik yang aktif memerangi human trafficking di Maubesi, NTT.
Suster Laurentina berasal dari Kongregasi Suster Penyelenggaraan Ilahi (PI), yang kini berubah identitasnya menjadi Suore della Divina Provvidenza (SDP).
Sejak 2010, ia terlibat dalam penanganan kasus perdagangan manusia, dimulai dengan membantu memulangkan jenazah korban dari Malaysia.
Dengan latar belakang pendidikan di bidang sosial, Suster Laurentina mendirikan berbagai program sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya perdagangan manusia dan pentingnya migrasi yang aman.
Suster Laurentina juga berkolaborasi dengan pemerintah untuk memberikan edukasi di desa-desa terpencil.
![]() |
Sr. Laurentina, SDP. |
Tak berbeda dengan perjuangan Mama Aleta. Mama Aleta Baun, atau akrab disapa Mama Aleta, adalah seorang pejuang lingkungan asal Mollo, TTS, NTT.
Ia dikenal karena perjuangannya melawan penambangan marmer yang merusak lingkungan di wilayahnya.
Sejak 1994, Mama Aleta memimpin penolakan terhadap kegiatan pertambangan yang mengancam hutan dan sumber air, berjuang selama 13 tahun hingga berhasil menghentikan aktivitas tersebut pada 2007.
Dengan mengorganisir masyarakat melalui kegiatan menenun, ia mengedepankan identitas budaya sambil menjaga alam.
Atas dedikasinya di bidang lingkungan, pada tahun 2013, ia menerima penghargaan The Goldman Environmental Prize di Amerika Serikat.
Goldman Environmental Prize adalah penghargaan yang diberikan kepada seseorang yang memiliki komitmen kuat dalam melindungi lingkungan hidup dan yang mengerjakannya langsung pada masyarakat bawah.
Goldman Environmental Prize didirikan oleh Richard N. Goldman (1920-2010) dan istrinya, Rhoda H. Goldman (1924-1996) pada tahun 1989 di San Francisco, AS.
Aleta Baun atau biasa dipanggil Mama Aleta karena sejak kecil dibentuk oleh bentuk nilai-nilai ketua suku hingga menjadi pemimpin komunitas Mollo, memulai berjuangan pada tahun 1990 saat Bukit Anjaf dan Bukit Nausus di daerahnya di kaki Gunung Mutis akan dijadikan tambang batu marmer dan usaha kehutanan.
Pemerintah dan pengusaha tambang telah sepakat untuk mengeksploitasi bukit-bukit batu di wilayah Mollo menjadi pertambangan marmer.
Sementara bukit-bukit batu menurut adat Timor adalah nama marga. Nama marga ada pada batu-batu itu. Kalau batu nama itu dihilangkan, maknanya sama dengan menghilangkan identitas orang Timor.
Sejak itu Aleta Baun berupaya menyatukan komunitas adat Mollo untuk bersama-sama menolak pertambangan marmer di wilayah mereka.
Menurutnya pertambangan itu akan menghilangkan sumber pangan dan identitas warga Mollo. Perusakan tanah hutan yang sakral di Gunung Mutis, Pulau Timor akhirnya bisa dicegah.
Semoga perjuangan Mama Aleta dan Sr. Laurentina, SDP menginspirasi masyarakat saat ini, terutama generasi muda, agar semakin peduli pada isu-isu sosial-kemasyarakatan.*
COMMENTS